Get me outta here!

Jumat, 31 Maret 2017

BIMBINGAN KONSELING (Dasar Dan Prinsip Bimbingan Konseling




daA.            

   Dasar-dasar bimbingan dan konseling
Keberhasilan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas bimbingan dan konseling. Menurut Arifin dan Ety Kartikawati (1995) dan Prayitno dan Erman Amti (1999) asas-asas yang berkenaan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan dan konseling adalah:[1]
1.         Rahasia, yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaan itu benar-benar terjamin.
2.         Sukarela, yaitu mengehendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik mengikuti/ menjalani layanan/ kegiatan yang diperlukan baginya. Guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3.         Terbuka, yaitu menghendaki peseta didik yang menjadi sasaran layanan/ kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupundalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peseta didik (klien). Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.[2]
4.         Kegiatan, yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan berpartisispasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Guru pembimbing perlu mendororng peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya.
5.         Mandiri, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciei-ciri mengengal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, maupun mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. 
6.         Kini, yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peseta didik (klien) dalam kondisi sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.[3]
7.         Dinamis, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu ke waktu.
8.         Terpadu, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing mauoun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadu. Kerjasama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.[4]
9.         Harmonis, yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling harus dapat meningkatkan kemmapuan peserta didik (klien) memahami, menghayati, dan mengemalkan nilai dan norma tersebut.
10.     Ahli, yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.[5]
11.     Alih Tangan Kasus, yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orangtua, guru-guru lain, atau ahli lain dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
12.     Tut Wuri Handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa nyaman), mengembang keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada  siswa.[6]
B.                 Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekoah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:[7]
1.         Bimbingan diperuntukan bagi semua individu (guidance is for all individuals) Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan oengembangan dari pada penyembuhan; dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan (individual).[8]
2.         Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individe bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya mengunakan teknik kelompok.
3.         Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki pemikiran negative terhadap bimbingan,karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menkankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan dan peluang untuk berkembang.[9]
4.         Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan.
5.         Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan. Bimbingan diarahkan untik membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Jones et.al (1970) berpenapat bahwa kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuann yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan individu untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.[10]
6.         Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industry, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya.
Peters dan Farwell mencatat 18 prinsip khusus bimbingan di lingkungan sekolah, yaitu sebagai berikut:[11]
1.         Bimbingan ditujukan bagi semua siswa
2.         Bimbingan membantu perkembangan siswa kea rah kematangan
3.         Bimbingan merupakan proses layanan bantuan kepada siswa yang berkelanjutan dan berintegerasi.
4.         Bimbingan menekankan berkembannya potensi siswa secara maksimum.
5.         Guru merupakan co-fungsionaris utama dalam proses bimbingan.
6.         Konselor merupakan co-fungsionaris utama dalam proses bimbingan.
7.         Administrator merupakan co-fingsionaris utama dalam proses bimbingan.
8.         Bimbingan bertangggung jawab untuk mengembangkan kesadaran siswa akan lingkungan (dunia di luar dirinya) dan memelajarinya secara efektif.
9.         Untuk mengimplementasikan berbagai konsep bimbingan diperlukan program bimbingan yang terorganisasi dengan melibatkan pihak administrator, guru dan konselor.
10.     Bimbingan perkembangan membantu siswa untuk mengenal, memahami, menerima, dan mengembangkan dirinya sendiri.
11.     Bimbingan perkembangan berorientasi kepada tujuan.
12.     Bimbingan perkembangan menekankan kepada pengambilan keputusan.
13.     Bimbingan perkembangan berorientasi masa depan.
14.     Bimbingan perkembangan melakukan penilaian secara periodik tehadap perkembangan siswa sebagai seorang pribadi yang utuh.
15.     Bimbingan perkembangan cenderung membantu perkembangan siswa secara langsung.
16.     Bimbingan perkembangan difokuskan kepada individu dalam kaitannya dengan perubahan kehidupan social budaya yang terjadi.
17.     Bimbingan perkembangan difokuskan kepada pengembangan kekuatan pribadi.
18.     Bimbingan perkembangan difokuskan kepada proses pemberian dorongan.
Senada dengan prinsip-prinsip diatas, Biasco mengidentifikasikan lima prinsip bimbingan, yaitu sebagai berikut:[12]
1.         Bimbingan, baik sebagai konsep maupun proses merupakan baian integral program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu bimbingan dirancang untuk melayani semua siswa, bukan hanya anak yang berbakat atau yang mempunyai masalah.
2.         Program bimbingan akan berlangsung dengan efektif apabila ada upaya kerjasama antarpersonel sekolah, juga dibantu oleh personel dari luar sekolah, seperti orangtua siswaatau para spesialis.
3.         Layanan bimbingan didasarkan kepada asumsi bahwa individu memiliki peluang yang lebih baik untuk berkembang melalui pemberian bantuan yang terencana.
4.         Bimbingan berasumsi bahwa individu, termasuk anak-anak memiliki hak untuk menentukan sendiri dalam melakukan pilihan. Pengalaman dalam melakukan pilihan sendiri tersebut berkontribusi kepada perkembangan rasa tanggung jawabnya.
5.         Bimbingan ditujukan kepada perkembangan pribadi setiap siswa, baik menyangkut aspek akademik, social, pribadi maupun vokasional.


KESIMPULAN
Keberhasilan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas bimbingan dan konseling. Menurut Arifin dan Ety Kartikawati (1995) dan Prayitno dan Erman Amti (1999) asas-asas yang berkenaan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan dan konseling adalah: asas rahasia, asas sukarela, asas terbuka, asas kegiatan, asas mandiri, asas kini, asas dinamis, asas terpadu, asas harmonis, asas ahli, asas alih tangan kasus dan asas tut wuri handayani.
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekoah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut : Bimbingan di peruntukkan bagi semua individu, Bimbingan bersifat individualisasi, Bimbingan menekankan hal yang positif, Bimbingan merupakan usaha bersama, Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan, Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Beberapa prinsip khusus bimbingan dilingkungan sekolah, yaitu sebagai berikut: Bimbingan ditujukan bagi semua siswa, Bimbingan membantu perkembangan siswa kea rah kematangan, Bimbingan merupakan proses layanan bantuan kepada siswa yang berkelanjutan dan berintegerasi, Bimbingan menekankan berkembannya potensi siswa secara maksimum, Guru merupakan co-fungsionaris utama dalam proses bimbingan, Konselor merupakan co-fungsionaris utama dalam proses bimbingan, Bimbingan bertangggung jawab untuk mengembangkan kesadaran siswa akan lingkungan (dunia di luar dirinya) dan memelajarinya secara efektif, Untuk mengimplementasikan berbagai konsep bimbingan diperlukan program bimbingan yang terorganisasi dengan melibatkan pihak administrator, guru dan konselor, Bimbingan perkembangan membantu siswa untuk mengenal, memahami, menerima, dan mengembangkan dirinya sendiri.


DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah(Bandung: YRAMA WIDYA, 2012).
Sukardi dan Dewa Ketut, Proses Bimbingan dan Penyuluhan(Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995)
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integral), (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2007)
Yusuf, Syamsu, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Program Pascasarjana UPI, 2005).
Yusuf, Syamsu, Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Ekologis. Disertasi (Bandung: Program Pascasarjana UPI, 1998).




[1] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integral), (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2007), 86-87.
[2] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integral)…, 88.
[3] Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Program Pascasarjana UPI, 2005), 17.
[4] Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling…, 17.

[5]Sukardi dan Dewa Ketut, Proses bimbingan dan penyuluhan(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), 14.
[6]Zainal  Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah(Bandung: YRAMA WIDYA, 2012), 41.
                [7] Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling…, 17.
[8] Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling…, 18.
[9] Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling…, 18.
[10] Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling…, 18.
[11] Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling…, 19.
[12]Syamsu Yusuf, Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Ekologis. Disertasi (Bandung: Program Pascasarjana UPI, 1998), 10.

1 komentar: