Get me outta here!

Minggu, 09 April 2017

APERSEPSI (Berhasilnya sebuah pembelajaran tergantung pada menit-menit pertama membuat siswa penasaran pada hal yang kita sampaikan)




Bapak dan ibu guru tentunya sudah familiar dengan istilah “Apersepsi” ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, Apersepsi pada prinsipnya adalah kegiatan pendahuluan atau pembuka pelajaran dengan tujuan untuk membangkitkan minat belajar siswa.
Sebagai seorang pendidik atau calon pendidik perlu mengetahui beberapa hal yang dapat menarik siswa dalam menerima pelajaran yang akan diajarkan. Berhasilnya sebuah pembelajaran tergantung pada menit-menit pertama membuat siswa penasaran pada hal yang kita sampaikan. Jangan biasakan mengajar langsung masuk ke materi pelajaran. Pemilihan metode yang salah dapat membuat siswa tidak terangsang untuk belajar dan curiosity (kemauan dari dalam diri untuk mencari ilmu) mereka sangat rendah.
            Saya mendapatkan banyak informasi tentang apersepsi saat mendapat materi dari dosen saya di kampus, serta membaca buku dan  mencari sumber dari beberapa blog tentang pendidikan. Dan saya rasa pengetahuan ini harus dibagikan untuk setiap pendidik atau calon pendidik, untuk membangkitkan minat belajar siswa. Sehingga mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif di dalam kelas.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pembentukan apersepsi di dalam kelas, diantaranya sebagai berikut:
1.      ALPHA ZONE
Setelah bertatap muka dengan siswa, mulailah menuju kondisi awal yang menyenangkan. Alpha Zone (zona alfa) adalah kondisi terbaik siswa. Kondisi alfa mudah dikenali. Jika sudah tampak senyum mengembang di bibir siswa, mata berbinar, rona wajah yang ceria, tersenyum bahkan tertawa, saat itulah kondisi alfa sudah on.
Stimulus khusus pada awal belajar yang bertujuan meraih perhatian dari para siswa adalah apersepsi. Artinya, Alpha zone (zona alfa) merupakan kondisi sangat ampuh untuk melakukan apersepsi dalam proses pembelajaran. Kondisi alfa dalah kondisi relaks dan menyenangkan.
 Alpha Zone (zona alfa) tidak hanya berlaku pada awal pembelajaran, tapi juga berlaku pada saat sebuah proses belajar  berlangsung hingga kita melihat banyak sudah keluar dari zona alfa. Jika itu terjadi, guru harus dapat menggunakan aktivitas-aktivitas zona alfa untuk meraih perhatian siswa kembali.
Ada 4 cara yang dapat membawa siswa ke dalam Alpha Zone (zona alfa) yaitu : fun story, musik, brain gym, musik, dan ice breaking.
a)   Fun Story
Agar fun strory atau humor berlangsung efektif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
·         Perbanyaknya koleksi humor dari berbagai sumber
·         Spontan 
·         Tidak Berlebihan
·         Tampillah dengan gaya dan keunikan sendiri
·         Tidak kasar, pornografi/aksi dan tidak menyinggung perasaan
b)   Musik
Manfaat musik  dalam pembelajaran, antara lain sebagai berikut:
·      Membangun suasana rileks dan mengurangi stres
·      Memacu kreatifitas dengan membawa otak mencapai gelombang tertentu
·      Menstimulasi keterampilan motorik, berbicara dan perbendaraan kata
·      Mengurangi masalah disiplin
·      Meningkatkan kemampuan berpikir
c)    Ice Breaking

 gambar Ice Breaking di Luar kelas
d)   Brain gym
Ice Breaking dan Brain gym dapat kita temukan di youtube atau blog pendidikan. Dengan melihat video atau artikel tentang braingym dan ice breaking sebagai referensi yang dapat kita aplikasikan ketika melakukan apersepsi di dalam kelas.
Tak perlu semua cara itu ada, salah satu saja. Mengingat pentingnya pengkondisian alfa sangat penting sebelum masuknya proses pemberian materi belajar.
2.      PRE TEACH
Ini yang sering dilupakan oleh Guru. Jangan heran kalau kondisi kelas dengan siswa yang tak terkondisikan. Pre Teach ini memberi informasi secara manual, bagaimana aturan diberlakukan. Contoh Pre Teach adalah Tahapan Prosedur, Penggunaan Laboratorium, dan Vocabulary.
Misalnya ketika pelajaran IPA dan akan melalukan percobaan yang menggunakan alat, Pre Teach harus dilakukan, agar tak terjadi cedera atau kesalahan prosedur.
Bisa juga dengan memberikan vocabulary (kosa kata) baru untuk dapat memahami materi yang akan disampaikan, contohnya ketika pelajaran Bahasa Inggris.
3.      WARMER
Menghangatkan ingatan yang sudah lalu. Jika pertemuan itu bukan yang pertama, Warmer dimaksudkan sebagai pembentuk pengetahuan konstruktivisme, yakni membangun makna baru berdasar pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.
      Contohnya guru memulai dengan memberikan pertanyaan terbuka, “
4.      SCENE SETTING
Scene Setting adalah pemberian pengalaman belajar sebelum masuk ke materi inti. Membangun konsep pembelajaran yang akan diberikan. Kondisi inilah yang paling dekat dengan strategi. Scene setting berfungsi sebagai pembangkit minat siswa dan rasa penasaran siswa terhadap materi inti. Sering pula disebut sebagai hook atau pengait menuju mata pelajaran inti.
Contoh 1:
Meminta siswa membandingkan 2 gelas, gelas pertama berisi air yang bening dan gelas yang kedua berisi air yang kotor. Guru dapat menganalogikan dengan hati yang berbuat kebaikan dan keburukan. (scene setting menuju pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi “akhlak yang baik dan buruk”).
Contoh 2:
Guru memutarkan video yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, dan setelah video selesai diputar, guru dapat menanyakan kepada siswa apa yang didapatkan dari video yang telah diputar tadi.
Sumber ide scene setting dan pola scene setting dapat beraneka ragam, berikut ini ada beberapa contoh sumber scene setting yang dapat digunakan oleh pendidik :
1.          Demonstrasi sesuatu yang terkait dengan materi
2.         Awali dengan bait lagu yang sesuai dengan tema
3.         Mulai dengan games atau kuis
4.         Kutip fakta dari TV
5.         Kutip kalimat orang bijak
6.         Pantun khas
7.         Analogi
8.         Sebab akibat
9.         Cerita imajinatif
10.     Film
11.     Kegunaan/manfaat (AMBAK)
12.     Penyampaian informasi
13.     Pertanyaan
14.     Cerita inspiratif

            Dalam membuka kegiatan belajar mengajar (KBM) sangatlah penting pembentukan apersepsi yang telah saya sebutkan diatas, karena menurut pak Munif (penulis buku “Sekolahnya Manusia” jika apersepsi tak dilakukan, proses belajar jelas tak maksimal, dan akan terjadi down shifting pada otak anak, karena tak di refresh.
Memang merubah paradigma pembelajaran klasik ke kontekstual membutuhkan ekstra dan pemikiran. Guru dituntut untuk lebih banyak membaca literasi dan berdiskusi sesame guru untuk menemukan ide-ide baru. Selamat mendidik.


0 komentar:

Posting Komentar