MAKALAH
SUBYEK
DAN OBYEK PENDIDIKAN ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :
TAFSIR TARBAWI
Dosen
:
Mohammad
Zaenal Arifin, MA
DISUSUN
OLEH :
UNI
ZAEFAH : 1516.01.023
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER IV
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM BINAMADANI
TAHUN
AKADEMIK 2016/2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al-Qur’an yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad SAW. sebagai pedoman bagi kehidupan manusia (way of life)
mengandung beberapa aspek yang terkait dengan pandangan hidup yang dapat
membawa manusia ke jalan yang benar dan menuju kepada kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Dari beberapa aspek tersebut, secara global terkandung
materi tentang kegiatan belajar-mengajar atau pendidikan yang tentunya
membutuhkan komponen-komponen pendidikan, diantaranya yaitu pendidik dan
peserta didik.
Pendidik dalam proses pendidikan adalah salah satu faktor
yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Selain pendidik, peserta
didik juga mempunyai peran penting dalam proses pendidikan, tanpa adanya
peserta didik maka pendidik tidak akan bisa menyalurkan pengetahuan yang
dimilikinya sehingga proses pembelajaran tidak akan terjadi dan menghambat
tercapainya tujuan pendidikan antara pendidik dan peserta didik harus sejalan
agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1.
Bagaimana
tafsir
Q.S Ar-Rahman ayat 1-4, Q.S An-Nahl ayat 43, Q.S At-Tahrim ayat 6 dan Q.S
An-Nisa ayat 170 ?
2.
Bagaimana
keterkaitan Q.S Ar-Rahman ayat 1-4, Q.S An-Nahl ayat 43, Q.S At-Tahrim ayat 6
dan Q.S An-Nisa ayat 170 dalam pendidikan ?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Mengetahui
dan mempelajari tentang tafsir Q.S Ar-Rahman ayat 1-4, Q.S An-Nahl ayat 43, Q.S
At-Tahrim ayat 6 dan Q.S An-Nisa ayat 170.
2. Mengetahui
keterkaitan Q.S Ar-Rahman ayat 1-4, Q.S An-Nahl ayat 43, Q.S At-Tahrim ayat 6
dan Q.S An-Nisa ayat 170 dalam pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Q.S
Ar-Rahman Ayat 1-4 Dan
Terjemahannya
الرَّحْمَنُ
﴿١﴾ عَلَّمَ الْقُرْآنَ ﴿٢﴾ خَلَقَ الْإِنسَانَ ﴿٣﴾ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ ﴿٤﴾
1.
(Tuhan) Yang Maha Pemurah,
2.
Yang telah mengajarkan Al Qur'an.
3.
Dia menciptakan manusia,
4.
Mengajarnya
pandai berbicara. (Q.S Ar-Rahman : 1-4)[1]
B.
Mufradat (Kosa Kata) Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4
الرَّحْمَنُ : Yang Maha Pemurah
عَلَّمَ الْقُرْآنَ : Yang
telah mengajarkan Al Qur'an
خَلَقَ : Menciptakan
الْإِنسَانَ : Manusia
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ : Mengajarnya pandai berbicara
C. Penafsiran
Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah mengajari Nabi
Muhammad Al-Qur’an, dan Nabi Muhammad mengajarkannya pada umatnya. Ayat ini
turun sebagai jawaban kepada makhluk Makkah ketika mereka mengatakan “Sesungguhnya
Al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)” (Q.S
An-Nahl : 103)[2]
Dan oleh karena surat ini menyebut-nyebut tentang
nikmat-nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, maka
terlebih dahulu Allah menyebutkan nikmat yang merupakan nikmat terbesar
kedudukannya dan terbanyak manfaatnya, bahkan paling sempurna faidahnya yaitu
nikmat diajarkannya Al-Qur’an. Karena dengan mengikuti Al-Qur’an, maka
diperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan dengan menempuh jalan-Nya.
Lalu, diperoleh segala keinginan di dunia dan di akhirat, karena Al-Qur’anlah
puncak dari segala kitab samawi, yang telah diturunkan pada makhluk Allah yang
terbaik.[3]
Stelah menyebutkan nikmat tersebut, Allah
menyebutkan pula nikmat penciptaan yang merupakan pangkal segala urusan dan
segala sesuatu. Allah telah menciptakan umat manusia dan mengajarinya ungkapan
apa yang terlintas dalm hatinya dan terdetik dalam sanubarinya. Sekiranya tidak
demikian, maka Nabi Muhammad takkan dapat mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya.[4]
Manusia itu makhluk sosial menurut tabiatnya, yang
tak bisa hidup kecuali bermasyarakat dengan sesamanya, maka haruslah ada bahasa
yang digunakan untuk saling memahamkan, dan untuk menulis kepada sesamanya,
disamping itu untuk memeliharailmu-ilmu terdahulu, supaya dapat diambil
manfaatnya oleh generasi berikut, dan supaya ilmu-ilmu itu dapat ditambah oleh
generasi mendatang atas hasil usaha diperoleh oleh generasi yang lalu.[5]
D. Keterkaitan
Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4 Dengan Pendidikan
Surat Ar-Rahman ayat 1-4 merupakan ayat
yang menjelaskan tentang subyek (pelaku) pendidikan. Nilai pendidikan yang
terkandung dalam ayat ini adalah sebagai berikut:[6]
1.
seorang pendidik atau guru harus mempersiapkan dirinya dengan sifat rahman,
yaitu mempunyai sifat kasih sayang kepada seluruh peserta didik atau murid tanpa pandang bulu,
baik kepada murid
yang pintar, bodoh, rajin, malas, baik ataupun nakal. Ilmu yang ditransfer dan diterapkan dengan dasar kasih saying akan besar efeknya kepada murid, terutama dalam penyerapan ilmu yang ditransfer.
2.
sebelum guru berada dihadapan siswa.
Guru harus terlebih dahulu mempersiapkan dalam artian menguasai, memahami materi yang akan disampaikan kepada siswa.
Sehingga seorang guru dapat maksimal mentransfer ilmunya kepada siswa.
3.
Seorang guru apapun materi yang ia ajarkan hendaknya mengarahkan siswanya menjadi manusia yang berpengetahuan, beradab dan bermartabat
yang berujung kepada ketaqwaan kepada
Yang MahaEsa. Bukan hanya mengarah kanpada aspek prestasi
saja.
4.
seorang guru apapun pelajaran yang disampaikan, sampaikanlah dengan sejelas-jelasnya,
sampai pada tahap seorang siswa benar-benar faham. Jangan sampai seorang siswa belum betul-betul faham pada materi yang diajarkan sudah pindah kemateri yang lain.
E.
Q.S An-Nahl Ayat 43 dan Terjemahannya
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ
إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ
لاَ تَعْلَمُونَ ﴿٤٣﴾
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (Q.S An-Nahl :
43)[7]
F.
Mufradat (Kosa Kata) Q.S An-Nahl Ayat 43
وَمَا أَرْسَلْنَا : Dan kami tidak mengutus
مِن قَبْلِكَ : Sebelum kamu
إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي : Kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu
فَاسْأَلُواْ : Maka bertanyalah
أَهْلَ الذِّكْر : Orang yang mempunyai pengetahuan
إِن كُنتُمْ :
Jika kamu
لاَ تَعْلَمُونَ : Tidak mengetahui
G.
Penafsiran Q.S An-Nahl Ayat 43
Dalam ayat-ayat terdahulu Allah
mengetengahkan apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik, bahwa mereka tidak
membutuhkan para nabi. Di dalam ayat ini Allah
menyajikan kesalahpahaman mereka yang lain. Mereka mengatakan, sekiranya Allah
hendak mengutus seorang rasul, maka rasul itu bukan seorang manusia, karena
Allah Maha Tinggi dan Maha Agung dari rasul-Nya salah seorang diantara manusia,
sekiranya Dia mengutus rasul dari kami, tentu Dia mengutus malaikat. Kemudian
Allah menjawab kesalahpahaman ini, bahwa telah menjadi sunah Allah untuk
mengutus para rasul-Nya dari manusia.[8]
Ad-Dahak meriwatatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Allah mengutus Nabi
Muhammad orang-orang Arab mengingkari pengutusannya itu dan berkata “Allah Maha Agung dari menjadikan utusan-Nya
seorang manusia.”
Maka tanyakanlah kepada ahli kitab dahulu di antara orang-orang Yahudi
dan Nasrani, apakah para utusan yang diutus kepada mereka itu manusia atau
malaikat? Jika mereka itu malaikat silakan kalian mengingkari Nabi Muhammad,
tetapi jika mereka itu manusia, jangan kalian ingkari dia.[9]
H.
Keterkaitan Q.S An-Nahl Ayat 43 Dengan Pendidikan
Pengertian yang lain tentang فاسألوا أهل الذكر“Bertanyalah kalian kepada ahli Alquran” secara eksplisit menjelaskan bahwa
yang menjadi subyek pendidikan bukan hanya pendidik atau guru, melainkan juga
anak didik. Karena itu ayat ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan teori
belajar siswa aktif dan metode tanya jawab dalam proses belajar mengajar. Pada
saat guru tengah memberikan bimbingan dan pendidikan kepada siswa, posisi siswa
adalah obyek, tetapi pada saat yang sama, ia juga berperan sebagai subyek.
Sebab, tugas guru tidak hanya menyampaikan bahan-bahan ajar kepada siswa,
tetapi ia juga bertanggung jawab untuk sedapat mungkin membangkitkan minat dan
motivasi belajar siswa agar mereka dapat melakukan pembelajaran sendiri.[10]
I.
Q.S At-Tahrim Ayat 6 dan Terjemahannya
يَا
أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا
أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperimtahkan.” (Q.S At-Tahrim : 6)[11]
J.
Mufradat (Kosa Kata) Q.S At-Tahrim Ayat 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا : Hai orang-orang yang beriman
قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ :
Peliharalah dirimu dan keluargamu
نَاراً : Api neraka
وَقُودُهَا : Bahan bakarnya
النَّاسُ : Manusia
الْحِجَارَةُ : Batu
غِلَاظٌ : Kasar
شِدَادٌ : Keras
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ : Tidak mendurhakai Allah
مَا أَمَرَهُمْ : Apa yang diperintahkan-Nya
وَيَفْعَلُونَ : Dan selalu mengerjakan
مَا يُؤْمَرُونَ : Aapa yang diperintahkan
K. Penafsiran
Q.S At-Tahrim Ayat 6
Wahai
orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, hendaklah sebagian dari
kamu memenberitahukan kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu
dari api neraka dan menjauhkan kamu dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah
Ta’ala dan menuruti segala perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada
keluargamu perbuatan yang dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api
neraka. Dan bawalah mereka kepada yang demikian ini melalui nasihat dan
pengajaran.[12]
Malaikat-malaikat
itu diserahi neraka untuk mengurusnya dan menyiksa para penghuninya. Mereka
keras dan kasar terhadap para penghuni neraka itu. Mereka tidak menyalahi
perintah-Nya, tetapi mereka itu juga tanpa selang. Mereka tidak mendahului dan
tidak menunda perintah-Nya.[13]
L. Keterkaitan
Q.S At-Tahrim Ayat 6 Dengan Pendidikan
1)
Perintah taqwa kepada Allah SWT dan
berdakwah
Dalam
ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga dirinya dari
api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan
patuh melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya
taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api
neraka. Api neraka disediakan bagi para kafir / pendurhaka yang tidak mau taat
kepada Allah dan yang selalu berbuat maksiat. Neraka adalah balasan setimpal
bagi para pembuat kemungkaran, kemusyrikan dan kekacauan. Bahan bakar api
neraka seperti dijelaskan dalam ayat diatas adalah manusia, sungguh mengerikan
tidak dapat kita bayangkan manusia menjadi bahan bakar dan juga bahan bakarnya
adalah batu, dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan bahwa batu yang dimaksud adalah
batu yang sering dijadikan sesembahan oleh para musyrikin atau berhala.[14]
2) Anjuran
menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
Banyak sekali amalan shalih yang menjadikan
seseorang masuk surga dan dijauhkan dari api neraka, misalnya bersedekah, berdakwah,
berakhlaq baik, saling tolong menolong dalam kebaikan dan sebagainya. Di antara
cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan shalat dan
bersabar.
3) Pentingnya
pendidikan Islam sejak dini
Dalam
lima tahun pertama seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang.
Pada usia ini 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Karena itu, di
masa-masa inilah anak-anak seyogyanya mulai diarahkan. Karena saat-saat keemasan
ini tidak akan terjadi dua kali, sebagai orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan
benar hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan sang buah hati, amanah Allah.
M. Q.S
an-Nisa Ayat 170 dan Terjemahannya
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءكُمُ
الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِن رَّبِّكُمْ فَآمِنُواْ خَيْراً لَّكُمْ وَإِن
تَكْفُرُواْ فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَكَانَ اللّهُ
عَلِيماً حَكِيماً ﴿١٧٠﴾
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad)
itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu,
itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak
merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi
itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S an-Nisa : 170)[15]
N. Mufradat
(Kosa Kata) Q.S an-Nisa Ayat 170
يَا أَيُّهَا النَّاسُ : Wahai manusia
قَدْ جَاءكُمُ الرَّسُولُ : Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad)
بِالْحَقِّ : Dengan (membawa) kebenaran
مِن رَّبِّكُمْ : Dari Tuhanmu
فَآمِنُواْ : Maka berimanlah kamu
خَيْراً لَّكُمْ : Itulah yang lebih baik bagimu
وَإِن تَكْفُرُواْ : Dan jika kamu kafir
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ : Langit dan Bumi
عَلِيماً حَكِيماً : Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
O. Penafsiran
Q.S an-Nisa Ayat 170
Setelah Allah swt. Memberi hujjah kepada Ahli
Kitab dan menolak keraguan dan usul mereka yang sembrono dan bersifat
menentang, maka beralihlah pembicaraan Allah ditujukan kepada umat manusia
seluruhnya. Maka, mereka diperintahkan supaya beriman. Sesudah itu, Allah
katakan pula janji-Nya atas amal kebaikan dan ancaman-Nya terhadap perbuatan
jahat, yakni sebagai isyarat, bahwa alasan telah cukup jelas, dan hujjah
tak bisa lagi dibantah. Jadi tidak tersisa lagi alasan apa pun untuk tidak mau
atau menghalangi orang lain yang akan mengikuti seruan Nabi dan menerima
kebenaran dari Rasul yang mulia ini.[16]
Maka, berimanlah kalian; itu lebih baik bagimu.
Karena iman akan membersihkan dan mensucikan kamu dari dosa dan kejahatan,
bahkan membuatmu patut mendapat kebahagiaan abadi.
Dan kalau kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak
butuh imanmu dan Allah Maha Kuasa dalam memberi balasan atas akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh kekafiran dan perbuatanmu yang buruk. Karena, Allah mempunyai
apa saja yang ada di langit dan bumi. Semua itu milik-Nya dan ciptaan-Nya, dan
semuanya adalah hamba-Nya. Mereka tunduk kepada hukum-Nya, baik dan taat atau
paksaan. Penghambaan paksaan tanpa kehendak sendiri (ikhtiar), adalah terjadi
dengan ketundukan terhadapkekuasaan dan sunah-sunah-Nya di alam semesta.
Penghambaan itu bersifat umum, mencakup seluruh makhluk, baik yang berakal
maupun tidak. Sedang pengabdian ikhtiar adalah khusus dilakukan oleh
orang-orang Mu’min yang baik-baik, dan para Malaikat yang suci.[17]
Dan adalah Allah itu Maha Tahu dengan ilmu-Nya yang
meliputi, dan Maha Bijaksana dengan kebijaksanaan yang sempurna dalam segala
perbuatan dan hukum-hukum-Nya. Bagi-Nya, perkara kamu beriman, kafir atau
seluruh keadaan yang lain itu tidaklah tersembunyi. Dan diantara kebijaksanaan
Allah, bahwa Dia memberimu balasan atas dosa-dosa dan kemaksiatan yang kamu
lakukan. Karena Allah menciptakan kamu ini tidaklah sia-sia, dan takkan
membiarkan begitu saja.
Oleh karena itu, berhagialah orang yang mampu menahan diri dari kemauan
nafsunya, dan lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada dunia. Celakalah
bagi orang yang tak mau larangan-Nya, bahkan bersahabat dengan setan dan
tentara-tentaranya.[18]
P. Keterkaitan
Q.S an-Nisa Ayat 170 Dengan Pendidikan
Dalam
ayat ini Allah menyeru manusia untuk manusia, sebab sudah ada Rasul (Nabi
Muhammad SAW) yang diutus untuk membawa syari’at yang benar.
Adapun
manusia, karena adanya kesamaan jenis, ukhuwah basyari’ah, maka dakwah dan
tarbiyahnya kepada non muslim pun harus dilakukan, tentunya dengan jalan yang
baik.
Nabi
SAW bersabda: “dari Abdullah ibn ‘Amr ibn Al Ash ra. Berkata, sesungguhnya Nabi
SAW bersabda: sampaikanlah dariku walau satu ayat…” (HR.Bukhari).
menunjukkan bahwa yang menjadi objek
pendidikan adalah seluruh manusia, baik yang muslim maupun non muslim merupakan
objek dakwah dan tarbiyah. Namun disini perlu diluruskan bahwa proses dakwah
dan tarbiyah tidak harus dengan kekerasan dan perang, tetapi dengan jalan yang
hikmah, mau’idhoh hasanah, dan argument yang bertanggungjawab.[19]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Subjek
pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam
memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan
dapat dipahami oleh objek pendidikan. Subjek pendidikan yang dipahami
kebanyakan para ahli pendidikan adalah Orang tua, guru-guru di institusi formal
(di sekolah) maupun non formal dan lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan
pertama (tarbiyatulawwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah
tangga (orang tua).Sebagai seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik
pertama manusia adalah Allah yang kedua adalah Rasulullah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz VI, (Semarang : CV Toha Putra, 1989)
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa,
Tafsir Al-Maraghi, Juz XIV, (Semarang : CV Toha Putra, 1989).
Al-Maraghi, Ahmad
Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVII, (Semarang : CV Toha
Putra, 1989).
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVIII, (Semarang : CV Toha Putra, 1989).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : PT Sygma Examedia Arkanleema,
2009).
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (volume 14), (Tangerang
: Lentera Hati, 2007).
Nata, Abuddin, Tafsir ayat-ayat
pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2002).
Gojali, Nanang, Manusia, Pendidikan dan Sains
Tafsir Hermeneutik, (cet, I; Jakarta: PT Reneka Cipta, 2004).
[1]Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : PT
Sygma Examedia Arkanleema, 2009), 531.
[2]Ahmad
Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVII, (Semarang : CV Toha
Putra, 1989), 195-196.
[6]http://www.scribd.com/doc/39328156/SUBYEK-PENDIDIKAN
, diakses pada tanggal 10 April 2017.
[7]Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya…, 272.
[10]Nanang Gojali, Manusia,
Pendidikan dan Sains Tafsir Hermeneutik, (cet, I; Jakarta: PT Reneka Cipta,
2004), 161.
[11]Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya…, 560.
[12]Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVIII, (Semarang : CV Toha
Putra,
1989), 272.
[14]M. Quraish Shihab, Tafsir
al-Misbah (volume 14), (Tangerang : Lentera Hati, 2007), 236.
[15]Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya…, 104.
[18]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir
Al-Maraghi, Juz VI…, 49.
[19]Abuddin Nata, Tafsir
ayat-ayat pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2002). 159.
0 komentar:
Posting Komentar