Get me outta here!

Selasa, 11 April 2017

SUBYEK DAN OBYEK PENDIDIKAN ISLAM { Q.S Ar-Rahman : 1-4, An-Nahl : 43, At-Tahrim : 6 dan An-Nisa : 170 }




MAKALAH
SUBYEK DAN OBYEK PENDIDIKAN ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
TAFSIR TARBAWI
Dosen :
Mohammad Zaenal Arifin, MA




DISUSUN OLEH :
UNI ZAEFAH : 1516.01.023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER IV
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BINAMADANI
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
 


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Al-Qur’an yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai pedoman bagi kehidupan manusia (way of life) mengandung beberapa aspek yang terkait dengan pandangan hidup yang dapat membawa manusia ke jalan yang benar dan menuju kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dari beberapa aspek tersebut, secara global terkandung materi tentang kegiatan belajar-mengajar atau pendidikan yang tentunya membutuhkan komponen-komponen pendidikan, diantaranya yaitu pendidik dan peserta didik.
Pendidik dalam proses pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Selain pendidik, peserta didik juga mempunyai peran penting dalam proses pendidikan, tanpa adanya peserta didik maka pendidik tidak akan bisa menyalurkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga proses pembelajaran tidak akan terjadi dan menghambat tercapainya tujuan pendidikan antara pendidik dan peserta didik harus sejalan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.    Bagaimana tafsir Q.S Ar-Rahman ayat 1-4, Q.S An-Nahl ayat 43, Q.S At-Tahrim ayat 6 dan Q.S An-Nisa ayat 170 ?
2.    Bagaimana keterkaitan Q.S Ar-Rahman ayat 1-4, Q.S An-Nahl ayat 43, Q.S At-Tahrim ayat 6 dan Q.S An-Nisa ayat 170 dalam pendidikan ?
C.      Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui dan mempelajari tentang tafsir Q.S Ar-Rahman ayat 1-4, Q.S An-Nahl ayat 43, Q.S At-Tahrim ayat 6 dan Q.S An-Nisa ayat 170.
2.      Mengetahui keterkaitan Q.S Ar-Rahman ayat 1-4, Q.S An-Nahl ayat 43, Q.S At-Tahrim ayat 6 dan Q.S An-Nisa ayat 170 dalam pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4 Dan Terjemahannya
الرَّحْمَنُ ﴿١﴾ عَلَّمَ الْقُرْآنَ ﴿٢﴾ خَلَقَ الْإِنسَانَ ﴿٣﴾ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ ﴿٤﴾
1.    (Tuhan) Yang Maha Pemurah,
2.    Yang telah mengajarkan Al Qur'an.
3.    Dia menciptakan manusia,
4.    Mengajarnya pandai berbicara. (Q.S Ar-Rahman : 1-4)[1]
B.         Mufradat (Kosa Kata) Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4
الرَّحْمَنُ          : Yang Maha Pemurah
عَلَّمَ الْقُرْآنَ              : Yang telah mengajarkan Al Qur'an
خَلَقَ              : Menciptakan
 الْإِنسَانَ         : Manusia
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ      : Mengajarnya pandai berbicara
C.      Penafsiran Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah mengajari Nabi Muhammad Al-Qur’an, dan Nabi Muhammad mengajarkannya pada umatnya. Ayat ini turun sebagai jawaban kepada makhluk Makkah ketika mereka mengatakan “Sesungguhnya Al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)” (Q.S An-Nahl : 103)[2]
Dan oleh karena surat ini menyebut-nyebut tentang nikmat-nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, maka terlebih dahulu Allah menyebutkan nikmat yang merupakan nikmat terbesar kedudukannya dan terbanyak manfaatnya, bahkan paling sempurna faidahnya yaitu nikmat diajarkannya Al-Qur’an. Karena dengan mengikuti Al-Qur’an, maka diperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan dengan menempuh jalan-Nya. Lalu, diperoleh segala keinginan di dunia dan di akhirat, karena Al-Qur’anlah puncak dari segala kitab samawi, yang telah diturunkan pada makhluk Allah yang terbaik.[3]
Stelah menyebutkan nikmat tersebut, Allah menyebutkan pula nikmat penciptaan yang merupakan pangkal segala urusan dan segala sesuatu. Allah telah menciptakan umat manusia dan mengajarinya ungkapan apa yang terlintas dalm hatinya dan terdetik dalam sanubarinya. Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad takkan dapat mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya.[4]
Manusia itu makhluk sosial menurut tabiatnya, yang tak bisa hidup kecuali bermasyarakat dengan sesamanya, maka haruslah ada bahasa yang digunakan untuk saling memahamkan, dan untuk menulis kepada sesamanya, disamping itu untuk memeliharailmu-ilmu terdahulu, supaya dapat diambil manfaatnya oleh generasi berikut, dan supaya ilmu-ilmu itu dapat ditambah oleh generasi mendatang atas hasil usaha diperoleh oleh generasi yang lalu.[5]

D.      Keterkaitan Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4 Dengan Pendidikan
Surat Ar-Rahman ayat 1-4 merupakan ayat yang menjelaskan tentang subyek (pelaku) pendidikan. Nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat ini adalah sebagai berikut:[6]
1.      seorang pendidik atau guru harus mempersiapkan dirinya dengan sifat rahman, yaitu mempunyai sifat kasih sayang kepada seluruh peserta didik atau murid tanpa pandang bulu, baik kepada murid yang pintar, bodoh, rajin, malas, baik ataupun nakal. Ilmu yang ditransfer dan diterapkan dengan dasar kasih saying akan besar efeknya kepada murid, terutama dalam penyerapan ilmu yang ditransfer.
2.      sebelum guru berada dihadapan siswa. Guru harus terlebih dahulu mempersiapkan dalam artian menguasai, memahami materi yang akan disampaikan kepada siswa. Sehingga seorang guru dapat maksimal mentransfer ilmunya kepada siswa.
3.      Seorang guru apapun materi yang ia ajarkan hendaknya mengarahkan siswanya menjadi manusia yang berpengetahuan, beradab dan bermartabat yang berujung kepada ketaqwaan kepada Yang MahaEsa. Bukan hanya mengarah kanpada aspek prestasi saja.
4.      seorang guru apapun pelajaran yang disampaikan, sampaikanlah dengan sejelas-jelasnya, sampai pada tahap seorang siswa benar-benar faham. Jangan sampai seorang siswa belum betul-betul faham pada materi yang diajarkan sudah pindah kemateri yang lain.

E.       Q.S An-Nahl Ayat 43 dan Terjemahannya
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ ﴿٤٣﴾
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (Q.S An-Nahl : 43)[7]

F.       Mufradat (Kosa Kata) Q.S An-Nahl Ayat 43
وَمَا أَرْسَلْنَا                           : Dan kami tidak mengutus                      
مِن قَبْلِكَ                      : Sebelum kamu                                              
إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي         : Kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu 
فَاسْأَلُواْ             : Maka bertanyalah   
أَهْلَ الذِّكْر                  : Orang yang mempunyai pengetahuan
إِن كُنتُمْ                      : Jika kamu
لاَ تَعْلَمُونَ                   : Tidak mengetahui
G.      Penafsiran Q.S An-Nahl Ayat 43
Dalam ayat-ayat terdahulu Allah mengetengahkan apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik, bahwa mereka tidak membutuhkan para nabi. Di dalam ayat ini Allah menyajikan kesalahpahaman mereka yang lain. Mereka mengatakan, sekiranya Allah hendak mengutus seorang rasul, maka rasul itu bukan seorang manusia, karena Allah Maha Tinggi dan Maha Agung dari rasul-Nya salah seorang diantara manusia, sekiranya Dia mengutus rasul dari kami, tentu Dia mengutus malaikat. Kemudian Allah menjawab kesalahpahaman ini, bahwa telah menjadi sunah Allah untuk mengutus para rasul-Nya dari manusia.[8]
Ad-Dahak meriwatatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Allah mengutus Nabi Muhammad orang-orang Arab mengingkari pengutusannya itu dan berkata “Allah Maha Agung dari menjadikan utusan-Nya seorang manusia.
Maka tanyakanlah kepada ahli kitab dahulu di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani, apakah para utusan yang diutus kepada mereka itu manusia atau malaikat? Jika mereka itu malaikat silakan kalian mengingkari Nabi Muhammad, tetapi jika mereka itu manusia, jangan kalian ingkari dia.[9]

H.      Keterkaitan Q.S An-Nahl Ayat 43 Dengan Pendidikan
Pengertian yang lain tentang فاسألوا أهل الذكر“Bertanyalah kalian kepada ahli Alquran” secara eksplisit menjelaskan bahwa yang menjadi subyek pendidikan bukan hanya pendidik atau guru, melainkan juga anak didik. Karena itu ayat ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan teori belajar siswa aktif dan metode tanya jawab dalam proses belajar mengajar. Pada saat guru tengah memberikan bimbingan dan pendidikan kepada siswa, posisi siswa adalah obyek, tetapi pada saat yang sama, ia juga berperan sebagai subyek. Sebab, tugas guru tidak hanya menyampaikan bahan-bahan ajar kepada siswa, tetapi ia juga bertanggung jawab untuk sedapat mungkin membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa agar mereka dapat melakukan pembelajaran sendiri.[10]

I.         Q.S At-Tahrim Ayat 6 dan Terjemahannya
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperimtahkan.” (Q.S At-Tahrim : 6)[11]

J.        Mufradat (Kosa Kata) Q.S At-Tahrim Ayat 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا                 : Hai orang-orang yang beriman
قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ     : Peliharalah dirimu dan keluargamu
نَاراً                                       : Api neraka
وَقُودُهَا                       : Bahan bakarnya
النَّاسُ                        : Manusia
الْحِجَارَةُ                     : Batu
غِلَاظٌ                         : Kasar
شِدَادٌ                          : Keras
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ            : Tidak mendurhakai Allah
مَا أَمَرَهُمْ                     : Apa yang diperintahkan-Nya
وَيَفْعَلُونَ                     : Dan selalu mengerjakan
مَا يُؤْمَرُونَ                           : Aapa yang diperintahkan
K.      Penafsiran Q.S At-Tahrim Ayat 6
Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, hendaklah sebagian dari kamu memenberitahukan kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan menjauhkan kamu dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah Ta’ala dan menuruti segala perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka. Dan bawalah mereka kepada yang demikian ini melalui nasihat dan pengajaran.[12]
Malaikat-malaikat itu diserahi neraka untuk mengurusnya dan menyiksa para penghuninya. Mereka keras dan kasar terhadap para penghuni neraka itu. Mereka tidak menyalahi perintah-Nya, tetapi mereka itu juga tanpa selang. Mereka tidak mendahului dan tidak menunda perintah-Nya.[13]

L.       Keterkaitan Q.S At-Tahrim Ayat 6 Dengan Pendidikan
1)   Perintah taqwa kepada Allah SWT dan berdakwah
Dalam ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Api neraka disediakan bagi para kafir / pendurhaka yang tidak mau taat kepada Allah dan yang selalu berbuat maksiat. Neraka adalah balasan setimpal bagi para pembuat kemungkaran, kemusyrikan dan kekacauan. Bahan bakar api neraka seperti dijelaskan dalam ayat diatas adalah manusia, sungguh mengerikan tidak dapat kita bayangkan manusia menjadi bahan bakar dan juga bahan bakarnya adalah batu, dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan bahwa batu yang dimaksud adalah batu yang sering dijadikan sesembahan oleh para musyrikin atau berhala.[14]
2)   Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
Banyak sekali amalan shalih yang menjadikan seseorang masuk surga dan dijauhkan dari api neraka, misalnya bersedekah, berdakwah, berakhlaq baik, saling tolong menolong dalam kebaikan dan sebagainya. Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan shalat dan bersabar.
3)   Pentingnya pendidikan Islam sejak dini
Dalam lima tahun pertama seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Karena itu, di masa-masa inilah anak-anak seyogyanya mulai diarahkan. Karena saat-saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali, sebagai orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan benar hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan sang buah hati, amanah Allah.

M.     Q.S an-Nisa Ayat 170 dan Terjemahannya
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِن رَّبِّكُمْ فَآمِنُواْ خَيْراً لَّكُمْ وَإِن تَكْفُرُواْ فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَكَانَ اللّهُ عَلِيماً حَكِيماً ﴿١٧٠﴾
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S an-Nisa : 170)[15]
N.      Mufradat (Kosa Kata) Q.S an-Nisa Ayat 170
يَا أَيُّهَا النَّاسُ            : Wahai manusia
قَدْ جَاءكُمُ الرَّسُولُ              : Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad)
بِالْحَقِّ                    : Dengan (membawa) kebenaran
مِن رَّبِّكُمْ                 : Dari Tuhanmu
فَآمِنُواْ                    : Maka berimanlah kamu
خَيْراً لَّكُمْ                 : Itulah yang lebih baik bagimu
وَإِن تَكْفُرُواْ                      : Dan jika kamu kafir
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ            : Langit dan Bumi
عَلِيماً حَكِيماً             : Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
O.      Penafsiran Q.S an-Nisa Ayat 170
Setelah Allah swt. Memberi hujjah kepada Ahli Kitab dan menolak keraguan dan usul mereka yang sembrono dan bersifat menentang, maka beralihlah pembicaraan Allah ditujukan kepada umat manusia seluruhnya. Maka, mereka diperintahkan supaya beriman. Sesudah itu, Allah katakan pula janji-Nya atas amal kebaikan dan ancaman-Nya terhadap perbuatan jahat, yakni sebagai isyarat, bahwa alasan telah cukup jelas, dan hujjah tak bisa lagi dibantah. Jadi tidak tersisa lagi alasan apa pun untuk tidak mau atau menghalangi orang lain yang akan mengikuti seruan Nabi dan menerima kebenaran dari Rasul yang mulia ini.[16]
Maka, berimanlah kalian; itu lebih baik bagimu. Karena iman akan membersihkan dan mensucikan kamu dari dosa dan kejahatan, bahkan membuatmu patut mendapat kebahagiaan abadi.
Dan kalau kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak butuh imanmu dan Allah Maha Kuasa dalam memberi balasan atas akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kekafiran dan perbuatanmu yang buruk. Karena, Allah mempunyai apa saja yang ada di langit dan bumi. Semua itu milik-Nya dan ciptaan-Nya, dan semuanya adalah hamba-Nya. Mereka tunduk kepada hukum-Nya, baik dan taat atau paksaan. Penghambaan paksaan tanpa kehendak sendiri (ikhtiar), adalah terjadi dengan ketundukan terhadapkekuasaan dan sunah-sunah-Nya di alam semesta. Penghambaan itu bersifat umum, mencakup seluruh makhluk, baik yang berakal maupun tidak. Sedang pengabdian ikhtiar adalah khusus dilakukan oleh orang-orang Mu’min yang baik-baik, dan para Malaikat yang suci.[17]
Dan adalah Allah itu Maha Tahu dengan ilmu-Nya yang meliputi, dan Maha Bijaksana dengan kebijaksanaan yang sempurna dalam segala perbuatan dan hukum-hukum-Nya. Bagi-Nya, perkara kamu beriman, kafir atau seluruh keadaan yang lain itu tidaklah tersembunyi. Dan diantara kebijaksanaan Allah, bahwa Dia memberimu balasan atas dosa-dosa dan kemaksiatan yang kamu lakukan. Karena Allah menciptakan kamu ini tidaklah sia-sia, dan takkan membiarkan begitu saja.
Oleh karena itu, berhagialah  orang yang mampu menahan diri dari kemauan nafsunya, dan lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada dunia. Celakalah bagi orang yang tak mau larangan-Nya, bahkan bersahabat dengan setan dan tentara-tentaranya.[18]

P.       Keterkaitan Q.S an-Nisa Ayat 170 Dengan Pendidikan
Dalam ayat ini Allah menyeru manusia untuk manusia, sebab sudah ada Rasul (Nabi Muhammad SAW) yang diutus untuk membawa syari’at yang benar. 
Adapun manusia, karena adanya kesamaan jenis, ukhuwah basyari’ah, maka dakwah dan tarbiyahnya kepada non muslim pun harus dilakukan, tentunya dengan jalan yang baik.
Nabi SAW bersabda: “dari Abdullah ibn ‘Amr ibn Al Ash ra. Berkata, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: sampaikanlah dariku walau satu ayat…” (HR.Bukhari).
 menunjukkan bahwa yang menjadi objek pendidikan adalah seluruh manusia, baik yang muslim maupun non muslim merupakan objek dakwah dan tarbiyah. Namun disini perlu diluruskan bahwa proses dakwah dan tarbiyah tidak harus dengan kekerasan dan perang, tetapi dengan jalan yang hikmah, mau’idhoh hasanah, dan argument yang bertanggungjawab.[19]



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan. Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah Orang tua, guru-guru di institusi formal (di sekolah) maupun non formal dan lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatulawwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua).Sebagai seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah yang kedua adalah Rasulullah.





















DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz VI, (Semarang : CV Toha Putra, 1989)
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz XIV, (Semarang : CV Toha Putra, 1989).
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVII, (Semarang : CV Toha Putra, 1989).
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVIII, (Semarang : CV Toha Putra, 1989).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009).
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (volume 14), (Tangerang : Lentera Hati, 2007).
Nata, Abuddin, Tafsir ayat-ayat pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2002).
Gojali, Nanang, Manusia, Pendidikan dan Sains Tafsir Hermeneutik, (cet, I; Jakarta: PT Reneka Cipta, 2004).



[1]Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), 531.
[2]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVII, (Semarang : CV Toha Putra, 1989), 195-196.
[3]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVII..., 196.
[4]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVII..., 196.
[5]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVII..., 196.  
[6]http://www.scribd.com/doc/39328156/SUBYEK-PENDIDIKAN , diakses pada tanggal 10 April 2017.
[7]Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya…, 272.
[8]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XIV, (Semarang, CV Toha Putra),  159.
[9]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XIV…, 161.
[10]Nanang Gojali, Manusia, Pendidikan dan Sains Tafsir Hermeneutik, (cet, I; Jakarta: PT Reneka Cipta, 2004), 161.
[11]Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya…, 560.
[12]Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVIII, (Semarang : CV Toha Putra, 1989), 272.
[13]Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXVIII…, 273-274.
[14]M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (volume 14), (Tangerang : Lentera Hati, 2007), 236.
[15]Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya…, 104.
[16]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz VI, (Semarang, CV Toha Putra),  47.
[17]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz VI …, 48.
[18]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz VI…, 49.
[19]Abuddin Nata, Tafsir ayat-ayat pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2002). 159.

0 komentar:

Posting Komentar